Cinta dan Hujan, © Lonor Orduz/Pinterest.com |
MUNGKIN Siska Yuniati tidak pernah membayangkan cerpen-cerpen yang ditulisnya akan saya jadikan buku. Hal yang dia ketahui bahwa karya-karya tersebut dikirimkannya kepada panitia lomba atau kepada redaktur media massa. Dapat ditebak, hal yang didapatkannya ya seputar itu, menang atau tidak menang lomba, dimuat atau tidak dimuat di media massa cetak.
Ketika saya mencermati folder cerpennya, ada belasan cerpen yang menurut saya layak untuk diterbitkan dalam bentuk buku. Hanya saja, cerpen-cerpen tersebut menyasar lintas generasi dan begitu hitam-putih, ada yang anak-anak banget, ada yang tua banget, ada pula yang universal.
Awalnya saya ingin menerbitkan semuanya, tidak mempedulikan siapa pembacanya, yang penting terbit. Kemudian saya berubah pikiran, sebagai seorang penyunting saya tidak boleh menampikkan pembaca. Pembacalah yang menjadi pemilik sebuah naskah ketika dia sudah diterbitkan dalam bentuk buku.
Jadilah kemudian saya menyortir lagi cerpen-cerpen yang ada. Setelah saya kelompok-kelompokkan dan diskusikan dengan penulisnya, terkumpullah dua belas cerpen. Tema yang diangkat pun spesifik, seputar cinta kasih ala remaja, keluarga, hingga sekolah. Kedua belas cerpen tersebut adalah "Cinta dan Hujan", "Rahasia Hati", "Cinta Seorang Pengarang", "Tahi Lalat", "Anak Tangga", "Cincin Bermata Hijau", "Simbah", "Rindu Ibu", "Pengungsi", "Sedekah Kaleng", "Seorang Kesatria", dan "Sebuah Kejujuran".
Di antara cerpen-cerpen tersebut ada yang telah dimuat di media massa, memenangkan kompetisi menulis, dan termuat dalam kumpulan cerpen bersama. Cerpen "Cinta Seorang Pengarang" dan "Rindu Ibu" adalah cerpen yang pernah termuat di Majalah Bakti. "Cerpen Cincin Bermata Hijau" pernah dimuat di kumpulan cerpen Melodi Cinta Putih Abu-Abu. Cerpen "Anak Tangga" pernah dimuat dalam kumpulan cerpen Hitam, Putih, Abu-Abu. Selebihnya adalah cerpen-cerpen yang sepenuhnya merupakan pengisi folder di laptop pribadi Siska Yuniati.
Dari kedua belas cerpen tersebut, beberapa cerpen cukup mengejutkan bagi saya. Cerpen "Cincin Bermata Hijau," contohnya, membawa aroma mistis dan memiliki persinggungan dengan masa kolonial. Cerpen "Anak Tangga" menyajikan cerita tentang fenomena budaya yang terjadi di Makam Raja-Raja Imogiri. Sementara itu, "Sedekah Kaleng" menyajikan cerita konvensional dengan sudut pandang yang unik, yaitu sudut pandang sebuah kaleng.
Kendati sangat tertarik dengan ketiga cerpen tersebut, bukan berarti cerpen-cerpen lain tidak mengundang perhatian. Cepern "Simba" misalnya, menghadirkan "kekolotan" seorang nenek dalam kehidupan modern dan mengharuskan tokoh utamanya berdiri di antara dua zaman. Pun demikian dengan "Cinta dan Hujan", bahkan ketertarikanlah yang membuat saya memberi judul Cinta dan Hujan untuk kumpulan cerpen ini.
Itu dulu ya, sekadar mengintip isi buku kumpulan cerpen Cinta dan Hujan karya Siska Yuniati.
--Sabjan Badio, editor dan blogger.
Thanks for reading Menyunting Calon Antologi Cinta dan Hujan Karya Siska Yuniati | Tags: CATATAN KEPENULISAN KEPENYUNTINGAN
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »