Sabjan Badio
Jepang dan Amerika--dan mungkin India--adalah di antara negara yang dipandang menjadi "kiblat" film animasi kita. Film-film yang tayang di televisi dan berbedar dalam bentuk kepingan VCD dan DVD kebanyakan dari negara-negara tersebut. Belakangan baru didapati film animasi cukup terkenal yang berasal dari negara tetangga, Malaysia. Di Indonesia, rasa-rasanya belum ada film animasi yang setenar film animasi produksi negara-negara tersebut. Bahkan, yang cukup disayangkan, film animasi yang mengangkat cerita rakyat yang begitu populer di Indonesia ternyata juga diproduksi negara lain.
Rusia adalah negara yang tidak kita perhitungkan dalam industri film animasi. Negara besar satu ini memang tidak "senarsis" rivalnya, Amerika. Kehadiran Masha and The Bear membuat publik Indonesia tersadar bahwa Rusia pun patut dipertimbangkan kontribusinya dalam dunia animasi. Ramadan yang suci ditingkahi semangat Masha merupakan sajian istimewa di tahun ini. Rusia yang pada banyak kesempatan disebut-sebut sebagai negara tak bertuhan ternyata mampu menyajikan sosok Masha dan Misha yang dalam banyak adegan justru selaras dengan ajaran agama.
Tokoh utama Masha adalah seorang anak kecil yang lincah, bersemangat, ceria, cerdas, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dia mewakili karakter manusia dengan ciri khas berambut pirang, berbola mata berwarna hijau, dan sering mengenakan kerudung merah jambu. Masha memiliki saudara kembar bernama Dasha.
Tokoh utama lain adalah Misha, seekor beruang besar mantan pemain sirkus hebat. Sebagai pemain sirkus hebat, dia memiliki banyak penghargaan dan piala. Setelah pensiun dari sirkus, Misha memilih tinggal di hutan dalam rumah yang dibangunnya. Di sekitar rumah, Misha membuka ladang pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beruang Misha adalah sosok yang bersih dan rapi. Hal ini sering bertentangan dengan ulah Masha. Masha yang masih anak-anak dan memiliki rasa ingin tahu besar sering membuatnya khawatir dan kerepotan apalagi beberapa kali Masha terbukti memporak-porandakan isi rumahnya.
Sebagai sosok yang bersih, rapi, dan suka pada ketenangan dan kedamaian, kehadiran Masha cukup mengganggu Misha. Menariknya, Misha tidak pernah marah kepada Masha. Dia benar-benar memperlakukan Masha sebagai anak kecil, mungkin lebih sabar dari orang tua pada umumnya. Di sinilah nilai pendidikan itu dibangun. Orang tua diajarkan untuk menyadari perkembangan anaknya dan senantiasa mewadahi perkembangan itu. Hal ini bukan perkara mudah bahkan mungkin hanya beruang Misha yang dapat melakukannya. Lebih dari itu, kita diajarkan tentang konsep ketahanan pangan, untuk memanfaatkan pekarangan dan berusaha memenuhi sendiri secara maksimal kebutuhan sehari-hari. Hal ini jauh lebih sehat dan murah dibadingkan kecenderungan masyarakat modern saat ini yang dalam hal pangan bergantung 100% pada pihak lain.
Berdasarkan catatan Wikipedia (id.wikipedia.org), tokoh lain yang hadir dalam film animasi ini adalah Sinterklas, Dipper, Kelinci, Serigala, Tupai, Landak, Panda, Harimau, Pinguin, Beruang Hitam Himalaya, Lebah, Kupu-kupu, dan Ulat. Tokoh-tokoh tersebut memiliki karakter khas yang membuat jalinan cerita menjadi hidup dan tidak membosankan.
Masih merujuk informasi Wikipedia, Masha and The Bear terdiri terdiri atas 44 episode yang di Indonesia penayangannya dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama episode 1--26, tahap kedua episode 27--35, dan (rencananya) tahap ketiga adalah episode 36--44. Saat tulisan ini dibuat, episode 36--44 belum ditayangkan.
Saya rasa, ini adalah film yang menyajikan kehidupan anak secara kompleks dan dapat diterima oleh berbagai jenjang usia, mulai anak-anak hingga para orang tua. Catatan khusus yang membuat animasi ini berbeda dengan film animasi pada umumnya--selain karakter Masha dan Misha---adalah cara berpakaian tokoh manusianya yang dalam "kacamata" orang Timur dianggap lebih pantas, khususnya untuk tokoh anak-anak.
Jepang dan Amerika--dan mungkin India--adalah di antara negara yang dipandang menjadi "kiblat" film animasi kita. Film-film yang tayang di televisi dan berbedar dalam bentuk kepingan VCD dan DVD kebanyakan dari negara-negara tersebut. Belakangan baru didapati film animasi cukup terkenal yang berasal dari negara tetangga, Malaysia. Di Indonesia, rasa-rasanya belum ada film animasi yang setenar film animasi produksi negara-negara tersebut. Bahkan, yang cukup disayangkan, film animasi yang mengangkat cerita rakyat yang begitu populer di Indonesia ternyata juga diproduksi negara lain.
Rusia adalah negara yang tidak kita perhitungkan dalam industri film animasi. Negara besar satu ini memang tidak "senarsis" rivalnya, Amerika. Kehadiran Masha and The Bear membuat publik Indonesia tersadar bahwa Rusia pun patut dipertimbangkan kontribusinya dalam dunia animasi. Ramadan yang suci ditingkahi semangat Masha merupakan sajian istimewa di tahun ini. Rusia yang pada banyak kesempatan disebut-sebut sebagai negara tak bertuhan ternyata mampu menyajikan sosok Masha dan Misha yang dalam banyak adegan justru selaras dengan ajaran agama.
Tokoh utama Masha adalah seorang anak kecil yang lincah, bersemangat, ceria, cerdas, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dia mewakili karakter manusia dengan ciri khas berambut pirang, berbola mata berwarna hijau, dan sering mengenakan kerudung merah jambu. Masha memiliki saudara kembar bernama Dasha.
Sumber: mashabear.com |
Tokoh utama lain adalah Misha, seekor beruang besar mantan pemain sirkus hebat. Sebagai pemain sirkus hebat, dia memiliki banyak penghargaan dan piala. Setelah pensiun dari sirkus, Misha memilih tinggal di hutan dalam rumah yang dibangunnya. Di sekitar rumah, Misha membuka ladang pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beruang Misha adalah sosok yang bersih dan rapi. Hal ini sering bertentangan dengan ulah Masha. Masha yang masih anak-anak dan memiliki rasa ingin tahu besar sering membuatnya khawatir dan kerepotan apalagi beberapa kali Masha terbukti memporak-porandakan isi rumahnya.
Sebagai sosok yang bersih, rapi, dan suka pada ketenangan dan kedamaian, kehadiran Masha cukup mengganggu Misha. Menariknya, Misha tidak pernah marah kepada Masha. Dia benar-benar memperlakukan Masha sebagai anak kecil, mungkin lebih sabar dari orang tua pada umumnya. Di sinilah nilai pendidikan itu dibangun. Orang tua diajarkan untuk menyadari perkembangan anaknya dan senantiasa mewadahi perkembangan itu. Hal ini bukan perkara mudah bahkan mungkin hanya beruang Misha yang dapat melakukannya. Lebih dari itu, kita diajarkan tentang konsep ketahanan pangan, untuk memanfaatkan pekarangan dan berusaha memenuhi sendiri secara maksimal kebutuhan sehari-hari. Hal ini jauh lebih sehat dan murah dibadingkan kecenderungan masyarakat modern saat ini yang dalam hal pangan bergantung 100% pada pihak lain.
Berdasarkan catatan Wikipedia (id.wikipedia.org), tokoh lain yang hadir dalam film animasi ini adalah Sinterklas, Dipper, Kelinci, Serigala, Tupai, Landak, Panda, Harimau, Pinguin, Beruang Hitam Himalaya, Lebah, Kupu-kupu, dan Ulat. Tokoh-tokoh tersebut memiliki karakter khas yang membuat jalinan cerita menjadi hidup dan tidak membosankan.
Masih merujuk informasi Wikipedia, Masha and The Bear terdiri terdiri atas 44 episode yang di Indonesia penayangannya dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama episode 1--26, tahap kedua episode 27--35, dan (rencananya) tahap ketiga adalah episode 36--44. Saat tulisan ini dibuat, episode 36--44 belum ditayangkan.
Saya rasa, ini adalah film yang menyajikan kehidupan anak secara kompleks dan dapat diterima oleh berbagai jenjang usia, mulai anak-anak hingga para orang tua. Catatan khusus yang membuat animasi ini berbeda dengan film animasi pada umumnya--selain karakter Masha dan Misha---adalah cara berpakaian tokoh manusianya yang dalam "kacamata" orang Timur dianggap lebih pantas, khususnya untuk tokoh anak-anak.
Thanks for reading Masha and The Bear | Tags: FILM RESENSI
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »