Siska Yuniati
Azizah, putri ketigaku, lahir dengan pendarahan. Kepanikan menyeruak di antara aku, suamiku, juga petugas medis.
“Masih ada detak jantungnya,” bidan mengabarkan.
“HPL kapan, Bu?”
“Se-bu-lan la-gi,” terbata kusahut. Perutku ngilu. Darah menggenang di atas dipan.
“Sakit!” Suamiku menatapku iba. Tangannya sibuk mengelap peluh di keningku.
“Dokter jaga berhalangan. Dakter lain sudah kami hubungi, namun belum datang.”
Aku bergeming. Perutku serasa diaduk-aduk. Satu jam sudah kontraksi menyergapku.
“Sabar...” anjuran suamiku.
Para bidan sigap menginjeksi, memasang alat bantu pernapasan, serta mengelap rembesan darah. Dokter belum datang. Sakit tak terbendung. Darah melimpah. Desakan kuat. Kontraksi memuncak. Berikutnya aku mendengar tangis anakku.
“Allah…, lahir selamat dengan plasenta sudah hancur,” lirih suara bidan.***
Azizah, putri ketigaku, lahir dengan pendarahan. Kepanikan menyeruak di antara aku, suamiku, juga petugas medis.
“Masih ada detak jantungnya,” bidan mengabarkan.
“HPL kapan, Bu?”
“Se-bu-lan la-gi,” terbata kusahut. Perutku ngilu. Darah menggenang di atas dipan.
“Sakit!” Suamiku menatapku iba. Tangannya sibuk mengelap peluh di keningku.
“Dokter jaga berhalangan. Dakter lain sudah kami hubungi, namun belum datang.”
Aku bergeming. Perutku serasa diaduk-aduk. Satu jam sudah kontraksi menyergapku.
“Sabar...” anjuran suamiku.
Para bidan sigap menginjeksi, memasang alat bantu pernapasan, serta mengelap rembesan darah. Dokter belum datang. Sakit tak terbendung. Darah melimpah. Desakan kuat. Kontraksi memuncak. Berikutnya aku mendengar tangis anakku.
“Allah…, lahir selamat dengan plasenta sudah hancur,” lirih suara bidan.***
Dipublikasikan pada Dalam Gengaman Tangan Tuhan (WR Publishing, 2012).
Thanks for reading Keajaiban itu Bernama Azizah | Tags: CERITA
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »