Siska Yuniati
Kata "anu", dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan: (1) yang tidak disebut namanya, misalnya orang, benda, dsb.; (2) untuk menyebutkan sesuatu yang namanya terlupa atau tidak diketahui. Merunut makna tersebut, kata "anu" digunakan karena memang disengaja untuk menyembunyikan sesuatu atau untuk alasan lupa atau memang tidak diketahui namanya.
Dalam keseharian, saya kerap menjumpai orang menggunakan kata "anu" lebih dikarenakan tidak dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Sebagai contoh, ketika siswa saya membicarakan sesuatu kalimat yang ke luar sebagai berikut.
“Yah, ia maunya ya anu. Lha gimana, padahal ia sudah anu.”
“Ya udah, anu aja besuk kita ngomong sama dia.”
Saya berkeyakinan apa yang siswa saya bicarakan bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Mereka berbicara di depan kelas dan otomtais di sana banyak siswa lain. Suara mereka pun keras sehingga saya yang waktu melintas dapat mendengar dengan baik apa yang mereka bicarakan. Hal lain yang menjadi pengamatan saya, mereka mengetahui serta ingat kata-kata dibalik "anu" yang mereka ucapkan. Akan tetapi mengapa mereka lebih memilih menggunakan "anu"?
Rupa-rupanya kata "anu" memang sering digunakan masyarakat. Tidak saja anak kecil yang barangkali memang belum/tidak mengetahui nama suatu benda, namun juga oleh para orang tua.
“Nak, nanti tolong sayurnya dianukan ya?”
Contoh kalimat tersebut tanpa didahului oleh kalimat lain. Tentu saja si penerima pesan membutuhkan waktu untuk berpikir, menerka kata-kata apa dibalik "anu". Dengan demikian, komunikasi yang terjalin menjadi kurang efektif. Selain itu, kata "anu" seakan membuat kita malas berpikir untuk mencari kata-kata yang tepat dalam berkomunikasi.
Kata "anu", dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan: (1) yang tidak disebut namanya, misalnya orang, benda, dsb.; (2) untuk menyebutkan sesuatu yang namanya terlupa atau tidak diketahui. Merunut makna tersebut, kata "anu" digunakan karena memang disengaja untuk menyembunyikan sesuatu atau untuk alasan lupa atau memang tidak diketahui namanya.
Dalam keseharian, saya kerap menjumpai orang menggunakan kata "anu" lebih dikarenakan tidak dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Sebagai contoh, ketika siswa saya membicarakan sesuatu kalimat yang ke luar sebagai berikut.
“Yah, ia maunya ya anu. Lha gimana, padahal ia sudah anu.”
“Ya udah, anu aja besuk kita ngomong sama dia.”
Saya berkeyakinan apa yang siswa saya bicarakan bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Mereka berbicara di depan kelas dan otomtais di sana banyak siswa lain. Suara mereka pun keras sehingga saya yang waktu melintas dapat mendengar dengan baik apa yang mereka bicarakan. Hal lain yang menjadi pengamatan saya, mereka mengetahui serta ingat kata-kata dibalik "anu" yang mereka ucapkan. Akan tetapi mengapa mereka lebih memilih menggunakan "anu"?
Rupa-rupanya kata "anu" memang sering digunakan masyarakat. Tidak saja anak kecil yang barangkali memang belum/tidak mengetahui nama suatu benda, namun juga oleh para orang tua.
“Nak, nanti tolong sayurnya dianukan ya?”
Contoh kalimat tersebut tanpa didahului oleh kalimat lain. Tentu saja si penerima pesan membutuhkan waktu untuk berpikir, menerka kata-kata apa dibalik "anu". Dengan demikian, komunikasi yang terjalin menjadi kurang efektif. Selain itu, kata "anu" seakan membuat kita malas berpikir untuk mencari kata-kata yang tepat dalam berkomunikasi.
Thanks for reading Tentang Anu | Tags: CATATAN
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »